motoline.id – Pedro Acosta kembali menunjukkan potensi besarnya di ajang MotoGP, meski langkahnya untuk meraih kemenangan pertama harus terhenti akibat dua kecelakaan yang dialaminya di Grand Prix Jepang. Pembalap muda dari tim Tech3 GASGAS ini mencatat sejarah dengan meraih pole position pertamanya, menjadi polesitter termuda ketiga dalam sejarah MotoGP.
Selama akhir pekan, Acosta tampil impresif dengan kecepatan luar biasa. Namun, nasib berkata lain ketika ia terjatuh saat memimpin balapan sprint, tepat ketika ia mulai menjauh dari lawan-lawannya. Harapan untuk bangkit di balapan utama pun pupus setelah ia kembali mengalami kecelakaan, kali ini saat berada di posisi kedua, di belakang Francesco Bagnaia yang akhirnya keluar sebagai pemenang.
Akhir pekan yang semula penuh janji ini berubah menjadi kekecewaan bagi Acosta yang baru berusia 20 tahun. Debutnya di MotoGP tahun ini, meskipun dipenuhi kecepatan, juga diwarnai dengan serangkaian kecelakaan. Banyak yang membandingkan perjalanan debutnya dengan Casey Stoner, juara dunia dua kali, yang juga mengalami kesulitan serupa pada tahun 2006.
“Itu menjadi pembicaraan besar pada hari Sabtu,” kata Jordan Moreland, Manajer Media Sosial Crash dan pembawa acara podcast MotoGP. “Acosta memimpin balapan sprint dan berhasil meraih pole position, menjadi polesitter termuda ketiga setelah Fabio Quartararo dan Marc Marquez. Ia terlihat sangat bagus, tetapi sayangnya terjatuh.”
Acosta, meskipun kecewa, menunjukkan ketenangan dan fokus pada perkembangan jangka panjangnya. Peter McLaren, editor MotoGP di Crash, menambahkan, “Acosta menyebut ini sebagai momen paling menyedihkan dalam karirnya. Namun, ia juga mengatakan bahwa ini adalah perasaan terbaik yang pernah ia rasakan di atas motor sepanjang tahun ini.”
Performa Acosta sepanjang akhir pekan menunjukkan bahwa ia memiliki kecepatan yang luar biasa, meski masih perlu mengatasi beberapa kesalahan yang sering ia lakukan. Lewis Duncan, jurnalis senior di Crash, membandingkan Acosta dengan Casey Stoner. “Perbandingan dengan Stoner sangat relevan. Acosta menunjukkan performa yang kuat, terutama di Misano, meski juga mengalami dua kecelakaan di sana. Kita sering lupa bahwa Pedro masih rookie, dan tekanan yang ia hadapi sangat besar.”
Kecepatan Acosta jauh melampaui pembalap KTM lainnya, termasuk Brad Binder, yang finis di posisi keenam, 18 detik di belakang pemenang. Namun, seperti yang diungkapkan Duncan, konsistensi Acosta telah meningkat sejak balapan di Aragon, dan meskipun ia perlu memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi, masa depannya di MotoGP terlihat sangat cerah.
Kini, tantangan bagi Pedro Acosta adalah menemukan keseimbangan antara kecepatan dan konsistensi, dan jika ia berhasil, ia bisa menjadi salah satu bintang besar MotoGP di masa depan.***