motoline.id – Kejuaraan Dunia MotoGP 2024 terus menghadirkan berbagai kejutan. Salah satu momen yang mengejutkan terjadi ketika Fabio Quartararo kehabisan bahan bakar di tikungan terakhir balapan Emilia Romagna. Insiden tersebut membuatnya kehilangan posisi kelima terbaik musim ini. Namun, pembalap Monster Yamaha ini tetap merasa puas dengan akhir pekan yang kompetitif, mengingat pencapaiannya sebagai juara dunia 2021 dan pemenang 11 balapan MotoGP.
“Saya masih sangat senang dengan bagaimana balapan berlangsung. Ini jelas salah satu GP terbaik kami tahun ini,” ujar Quartararo. Walaupun harus tergeser ke posisi ketujuh, itu bukanlah bencana besar bagi pembalap asal Prancis tersebut.
Namun, suasana berubah lebih tegang saat masalah serupa terulang di Motegi. Di tengah akhir pekan yang sulit, Quartararo kembali mengalami kehabisan bahan bakar, kali ini di lap terakhir. Ia hanya mampu melewati garis finis dengan motor tersendat-sendat dan kehilangan posisi ke-11, yang akhirnya direbut oleh Johann Zarco dari tim Honda.
“Dua kali dalam tiga balapan, menurut saya itu terlalu banyak,” ungkap Quartararo terkait masalah bahan bakar yang dialaminya. “Tepat sebelum jembatan, saya sudah mulai merasakannya, dan di tikungan terakhir motor langsung mati.”
Yang membuat situasi semakin frustasi, Quartararo mengaku bahwa tidak ada peringatan soal bahan bakar rendah hingga terlambat saat Fabio Quartararo kehabisan bahan bakar
“Bagi saya, ini jelas menunjukkan bahwa mereka masih belum beres dengan elektronik. Saya rasa strategi bahan bakar ini tidak berjalan dengan baik,” jelasnya. “Lampu peringatan di dashboard tidak berfungsi seperti yang diharapkan. Inilah mengapa lampu peringatan muncul ketika saya sudah kehabisan bahan bakar, dan itu terlalu terlambat!”
Setelah menyamai pencapaian terbaiknya dan Yamaha di musim ini dengan finis ketujuh dalam tiga balapan terakhir, Quartararo dihadapkan pada kurangnya daya cengkeram di sirkuit Motegi. Hal ini membuat balapan di kandang Yamaha terasa seperti mimpi buruk.
“Itu akhir pekan yang sangat sulit,” kata Quartararo. “Rasanya seperti saya menggunakan ban bekas sejak lap pertama. Saya tidak merasakan cengkeraman sama sekali dari awal balapan, dan kami tidak bisa memahami penyebabnya. Cengkeraman kami terlalu bergantung pada kondisi trek, bukan pada motornya.”
Nasib serupa juga dialami rekan setimnya, Alex Rins, yang hanya mampu finis di posisi ke-16, tepat di depan Remy Gardner, pembalap wild-card Yamaha.
Dengan serangkaian masalah teknis dan performa yang tak konsisten, Quartararo dan Yamaha menghadapi tantangan besar di sisa musim ini. Pertanyaannya sekarang, apakah tim dapat mengatasi masalah bahan bakar dan cengkeraman sebelum balapan berikutnya, atau apakah mereka akan terus berjuang untuk meraih hasil terbaik di tengah persaingan ketat MotoGP?***