Mobil Bahan Bakar Hidrogen Diyakini Lebih Unggul Soal Ketahanan, Faktanya?

Mobil Bahan Bakar Hidrogen

motoline.id – Melalui proyek Mission H24, badan organisasi balap internasional FIA menunjukkan keyakinannya bahwa hidrogen adalah masa depan balap ketahanan bebas emisi. Saat ini, ada tiga jalur utama menuju mobilitas bebas emisi: mobil listrik, mobil bermesin bakar dengan e-fuel, dan mobil bahan bakar hidrogen baik untuk fuel-cell maupun mesin konvensional. Di antara ketiganya, hidrogen dianggap paling cocok untuk balap ketahanan.

Keunggulan Hidrogen dalam Balap Ketahanan

Menurut agensi energi terbarukan Prancis IFPEN, 1 kg hidrogen menghasilkan energi tiga kali lipat lebih besar dari 1 kg bensin. Selain itu, emisi yang dihasilkan hidrogen hanya berupa air bebas polutan seperti CO2 dan NOx. Ini menjadikan hidrogen sebagai bahan bakar ideal untuk balap ketahanan yang memerlukan efisiensi tinggi dan emisi rendah.

Read More

Proyek Mission H24

Proyek mobil bahan bakar hidrogen yang disebut Mission H24 diluncurkan oleh Automobile Club de l’Ouest (ACO), penyelenggara balap FIA WEC dan Le Mans, untuk memperkenalkan hidrogen sebagai bahan bakar dalam balap ketahanan. Pada Mei lalu, ACO mengumumkan rencana untuk memperkenalkan kelas hidrogen sebagai kategori puncak di Le Mans.

Pierre Fillon, presiden ACO, menjelaskan, “Setelah sukses memperkenalkan hidrogen ke trek balap, Mission H24 kini memasuki fase baru untuk membawa hidrogen kompetitif di arena balap. Ambisi kami adalah menghadirkan pemenang bebas-emisi pertama di Le Mans 24 Jam.”

Evolusi Mission H24

Mission H24 diperkenalkan oleh ACO lima tahun lalu, bekerja sama dengan GreenGT. Pada balap ketahanan Spa di kejuaraan European Le Mans Series (ELMS), pemenang Le Mans 4x Yannick Dalmas berhasil menyelesaikan putaran menggunakan prototipe LMPH2G. Prototipe ini menggunakan sistem fuel-cell yang mampu memproduksi listrik cukup untuk empat motor listrik berdaya total 635 PS.

Pada tahun 2020, inkarnasi kedua Mission H24 hadir dengan sasis Adess LMP3, menggunakan konfigurasi dua motor listrik yang bekerja independen untuk memberikan traksi optimal. Tiga tangki hidrogen memungkinkan H24 berlaga selama 45 menit dengan kecepatan puncak.

Generasi ketiga Mission H24, yang belum diberi nama, memiliki bentuk lebih futuristis dan hanya menggunakan satu motor listrik berdaya 872 dk. Baterai lithium lebih ringan 12 kg, dan dua tangki hidrogen memberikan kemampuan berkendara selama 25-30 menit. Mesin generasi ketiga ini akan diuji di sirkuit pada Januari 2025.

Kelas Hidrogen FIA WEC 2026

FIA dan ACO awalnya menargetkan musim 2024 sebagai kick-off kelas hidrogen di Le Mans dan FIA WEC. Namun, karena pandemi COVID-19, rencana ini digeser menjadi 2026 untuk memastikan kesiapan peserta. Meski belum ada wujud konkret, sejumlah pabrikan telah menyatakan ketertarikannya untuk berlaga di kelas hidrogen ini, dengan Toyota menjadi pihak paling siap.

Pada pagelaran Le Mans 24 Jam 2023, Toyota menampilkan GR H2 Racing Concept. Akio Toyota, chairman Toyota, mengatakan, “Tujuan saya adalah mencapai hasil karbon netral di motorsport tanpa mengorbankan performa maupun kesenangan. Kami berharap dapat menurunkan mobil balap GR H2 di kelas Le Mans pada waktu mendatang.”

Berbeda dengan Mission H24, Toyota memilih memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar untuk mesin pembakaran dalam (ICE), sehingga suara mesin balap yang menggelegar tetap dapat dipertahankan.

Masa Depan Kelas LM H2

Pabrikan lain seperti BMW, Peugeot, dan Alpine juga dikabarkan tertarik dengan kelas hidrogen ini. Kita tunggu bagaimana perkembangan kelas LM H2 ini yang kemungkinan akan diumumkan pada balap ketahanan Le Mans 2024 Juni tahun depan.

Dengan inovasi teknologi dan dukungan dari berbagai pabrikan, hidrogen memiliki potensi besar untuk menjadi bahan bakar utama dalam balap ketahanan masa depan, membawa era baru balap bebas emisi yang efisien dan ramah lingkungan.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *