motolineid.com – Setel putaran stationer matik bagi pemilik motor tidak boleh sembarangan, antara motor matik, sport dan bebek tidak bisa di samakan untuk putaran stasionernya. nah, ini kadang yang dilupakan oleh para pemilik maupun mekanik yang di bengkel dianggap sama putaran stationer atau putaran langsamnya.
Akibatnya jika putaran stationer tidak tepat akan berpenagruh dengan kinerja mesin motor tersebut. Dengan putaran stasioner motor akan menjadi lebih irit dan lebih nyaman untuk dipakai. Putaran terlalu tinggi motor akan menjadi boros sedangkan terlalu rendah motor akan mudah mati saat berhenti pada lampu merah.
Bagaimana cara setel putaran stasioner? Berikut penjelasan dari Awaludin dari astra Motor Training Centre (AMTC) Semarang. “Putaran stasioner harus di setel sesuai dengan standarnya, untuk tahu standarnya kita harus buka di buku pedoman reparasinya,”buka instruktur di AMTC ini.
Penjelasannya, jika putaran mesin terlalu tinggi maka bahan bakar yang dibutuhkan juga lebih banyak sehingga berakibat pada konsumsi bahan bakar yang lebih banyak. Jika terlalu rendah putarannya maka mesin sepeda motor akan mudah mati dan juga menyebabkan getaran motor yang tinggi.
Putaran stasioner untuk motor sport atau bebek dengan matik tidak bisa kita buat sama, ada standar tertentu yang bisa kita dapatkan dari buku pedoman reparasi. “Untuk motor sport dan bebek putaran stasioner dibuat pada 1400 + 100 Rpm, sedangkan untuk motor matik seperti Vario putaran stasionernya mencapai 1700 + 100 Rpm,”tutup Awaludin.
Dengan mengetahui putaran stationer untuk masing-masing motor harapannya kita bisa menyetel putaran stationer motor kita sesuai dengan standar dan ajuran dari pabriknya. Tentunya dengan setel stationer matik, sport maupun bebek sesuai dengan yang distandarkan akan lebih memaksimalkan kinerja mesin dari motor tersebut.