motoline.id – Industri transportasi di Indonesia kembali diramaikan dengan kehadiran pemain baru asal Vietnam, Xanh SM. Perusahaan taksi listrik ini, yang beroperasi di bawah bendera PT Xanh SM Green and Smart Mobility (GSM), membawa konsep baru dalam layanan transportasi. Namun, ekspansinya menimbulkan berbagai pertanyaan, terutama terkait model bisnis yang diterapkan.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI), Ditha Wiradiputra, ekspansi Xanh SM di Indonesia bisa menjadi strategi VinFast untuk meningkatkan penjualan mobil listriknya di Tanah Air.
Model Bisnis yang Perlu Dicermati
Ditha menyoroti bahwa meskipun Xanh SM memberikan opsi baru bagi konsumen transportasi, model bisnis yang mereka gunakan patut dicermati lebih lanjut.
“Persoalannya adalah perusahaan taksi baru ini mempunyai model bisnis yang bisa dikatakan menarik. Menariknya adalah sesungguhnya perusahaan taksi ini adalah sebuah perusahaan otomotif di negara asalnya, dalam hal ini Vietnam,” ujar Ditha.
Dengan kata lain, armada taksi Xanh SM menggunakan mobil listrik produksi VinFast. Hal ini serupa dengan skenario di mana produsen mobil besar seperti Toyota atau Mitsubishi masuk ke bisnis taksi, atau seperti Boeing dan Airbus terjun ke industri penerbangan komersial dengan maskapai milik mereka sendiri.
“Agak repot kalau maskapai penerbangan bersaing dengan Boeing atau Airbus, karena mereka punya kendaraannya sendiri. Kita melihat ini yang dilakukan Xanh SM,” jelasnya.
Strategi ini memungkinkan produk mereka terserap langsung oleh pasar tanpa harus melalui persaingan konvensional dengan merek otomotif lain. Hal ini tentu berpotensi mengubah dinamika bisnis transportasi di Indonesia, terutama bagi pemain ride hailing dan operator taksi konvensional.
Strategi Bisnis atau Manipulasi Pasar?
Ditha menduga bahwa model bisnis ini merupakan upaya untuk memperkenalkan produk VinFast ke masyarakat Indonesia dengan cara yang lebih cepat dan masif. Jika strategi ini berhasil, maka citra kendaraan listrik buatan VinFast akan terangkat karena jumlah unit yang digunakan langsung dalam layanan transportasi publik.
“Mungkin itu strategi yang baik-baik saja, cuma dia harus memikirkan dampaknya bagi pasar. Dalam hal ini, dia ingin seolah-olah pertumbuhan pasar dari produk dia sangat besar dengan dia masuk ke dalam bisnis taksi,” ujarnya.
Namun, strategi ini bisa berdampak pada ekosistem transportasi Indonesia. Dengan masuknya Xanh SM, ada potensi persaingan yang tidak seimbang dengan pelaku bisnis taksi lainnya yang harus membeli armada dari produsen yang berbeda dan beroperasi dengan skema yang lebih kompleks.
Dampak Terhadap Mitra Pengemudi dan Industri Ride Hailing
Salah satu kekhawatiran yang muncul adalah dampak kehadiran Xanh SM terhadap pengemudi taksi dan layanan ride hailing. Jika Xanh SM terus memperluas armadanya, hal ini bisa mempengaruhi keseimbangan pasar transportasi online dan konvensional.
“Jangan sampai kehadiran pemain baru yang hanya menjadi akal-akalan untuk mendongkrak penjualan mobil membuat para mitra pengemudi di layanan transportasi harus terkena imbas,” kata Ditha.
Banyak pengemudi transportasi online dan taksi konvensional yang saat ini bergantung pada kendaraan yang mereka beli sendiri. Jika Xanh SM yang memiliki akses langsung ke kendaraan dari produsen sendiri menguasai pasar, maka ini bisa menjadi ancaman bagi model bisnis transportasi yang ada.
“Bagus-bagus saja dia punya ide supaya kelihatan produknya laku, dia pakai dalam bisnis taksi. Cuma hal tersebut jangan sampai mengganggu atau mempunyai dampak yang tidak baik terhadap bisnis ride hailing,” tambahnya.
Dampak lainnya adalah meningkatnya jumlah kendaraan yang ngetem atau menunggu penumpang di pinggir jalan, yang bisa menambah kepadatan lalu lintas di kota-kota besar.
Perlunya Regulasi yang Jelas
Ditha juga menyoroti pentingnya peran pemerintah dalam mengawasi model bisnis seperti yang dilakukan oleh Xanh SM. Ia menegaskan bahwa meskipun Xanh SM mungkin tidak secara langsung beroperasi sebagai layanan ride hailing, namun aspek bisnis otomotif dan transportasi tetap harus diatur dengan baik.
“Dia mungkin bisnisnya bukan untuk ride hailing, tapi bisnis otomotif jualan mobil ini harus hati-hati karena ini ada regulasinya. Misalkan saya mikir bisnis angkot menarik dan saya langsung saja operasikan angkot,” ungkapnya.
Sektor transportasi memiliki banyak regulasi, termasuk aturan trayek dan keanggotaan dalam organisasi pengusaha angkutan darat (Organda). Jika aturan ini tidak diterapkan dengan ketat, dikhawatirkan akan terjadi persaingan yang tidak sehat.
“Jangan sampai hal-hal yang mungkin bagus tapi mempunyai dampak tidak baik bagi yang lain,” tegasnya.
Ekspansi Besar-Besaran Xanh SM di Indonesia
Xanh SM resmi beroperasi di Indonesia pada 18 Desember 2024 dengan 1.000 unit armada taksi listrik VinFast VF e34. Perusahaan menargetkan ekspansi besar-besaran dengan rencana penambahan hingga 10.000 unit pada tahun 2025.
Sebagai anak usaha VinFast di Indonesia, Xanh SM memiliki dukungan penuh dari perusahaan induknya. Dengan strategi ini, mereka berharap dapat membangun dominasi di sektor transportasi listrik di Tanah Air.
Kehadiran Xanh SM di Indonesia membawa angin segar bagi industri transportasi, terutama dalam upaya mendorong penggunaan kendaraan listrik. Namun, strategi bisnis mereka menimbulkan pertanyaan mengenai persaingan yang sehat di pasar transportasi dan otomotif.
Pemerintah dan regulator perlu memastikan bahwa model bisnis seperti ini tidak menciptakan ketimpangan atau monopoli terselubung yang dapat merugikan pemain lain di industri transportasi. Selain itu, perlu ada regulasi yang jelas untuk memastikan bahwa inovasi bisnis seperti ini tetap memberikan manfaat bagi semua pihak, termasuk konsumen dan mitra pengemudi.
Seiring dengan perkembangan pasar mobil listrik di Indonesia, langkah yang diambil Xanh SM dan VinFast bisa menjadi contoh bagaimana industri otomotif dapat beradaptasi dengan kebutuhan pasar yang semakin dinamis. Namun, keseimbangan antara inovasi, persaingan yang sehat, dan kepentingan publik harus tetap dijaga agar semua pihak mendapatkan manfaat yang optimal dari perubahan ini.