Jorge Lorenzo Masih Tetap Ingat Saat Yamaha Menganaktirikannya, Dan Lebih Milih Rossi

Jorge Lorenzo
foto : https://www.instagram.com/jorgelorenzo99/

motolineid.com – Musim 2019 menjadi saksi perpisahan yang mendalam bagi legenda MotoGP, Jorge Lorenzo, yang mengucapkan selamat tinggal pada lintasan balap bersama Honda. Meski meninggalkan jejak prestisius di dunia balap, pikirannya masih terhanyut ke masa lalu, khususnya saat ia berbagi garasi Yamaha dengan sesama legenda, Valentino Rossi.

Dalam sebuah sesi podcast yang intim, “Tengo Un Plan”, pembalap asal Majorca ini membuka pintu kenangan, merinci momen ketika hubungannya dengan pabrikan Yamaha menjadi tegang. Meskipun meraih kemenangan pada tahun 2015, Lorenzo merasakan bahwa tim lebih memihak Valentino Rossi. “Kami berjuang untuk gelar. Saya merasakan perasaan ini terutama di Valencia dan itu mengganggu saya,” ujarnya dengan jujur.

Read More

Pemikiran ini menjadi katalisator bagi Lorenzo untuk mengambil keputusan besar, yaitu meninggalkan Yamaha dan bergabung dengan Ducati. Pada saat itu, Ducati belum mencapai puncak seperti sekarang, tetapi keyakinan Lorenzo pada kemampuan Dall’Igna untuk mencapai tujuan sulit membuatnya melangkah maju. Baginya, Ducati adalah masa depan, mirip dengan keputusan Lewis Hamilton meninggalkan McLaren untuk Mercedes.

Namun, perpindahan ke tim Borgo Panigale tidak seindah yang diharapkan. Meskipun mendapatkan 15% lebih banyak dari tim Jepang, antusiasme awal segera hilang. Lorenzo menyadari bahwa gaya mengendarainya yang sukses dengan Yamaha tidak sesuai dengan Desmosedici. “Jika saya mengendarainya seperti M1, itu tidak akan berhasil. Sampai saya menyadari bahwa saya harus beradaptasi dengan motor saya tidak bisa cepat, tetapi setelah satu setengah tahun tanpanya,” ungkapnya.

Ketidakcocokan dengan motor Ducati memicu kekecewaan tim, yang akhirnya menawarkan kontrak senilai kurang dari satu juta euro, jauh di bawah standar saat itu. Lorenzo merasa diabaikan, dan tim lebih memilih pembalap lain seperti Danilo Petrucci.

Puncak kepahitan datang saat Lorenzo bergabung dengan Honda Repsol. Selain minimnya hasil, kecelakaan di Assen yang menyebabkan dua tulang belakangnya patah menjadi momen tersulit. “Saya sangat takut dan ini membawa saya dari berpikir untuk menjadi seorang juara hingga ingin pensiun dan menikmati hidup. Sebelumnya, saya terobsesi, saya hanya berpikir tentang bekerja dan saya tidak bahagia,” tutur Lorenzo.

Mencoba meredam rasa bersalah terhadap pilihan-pilihan yang telah memengaruhi karier pebalap lain, Lorenzo juga sempat mencoba motor Honda. Namun, keputusan untuk pindah ke RC213V membawa lebih banyak penderitaan daripada kemenangan, dengan Lorenzo menyatakan bahwa motor tersebut terus memburuk dan menimbulkan risiko kecelakaan.

Dengan penutup yang penuh refleksi dan kejujuran, Jorge Lorenzo menutup babak balapnya di MotoGP dengan perjalanan penuh liku dan tantangan. Legenda ini, meskipun berakhir dengan kepahitan, tetap mempertahankan tempat yang istimewa di dunia balap motor.

Related posts