motoline.id – Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo, dua mantan rival MotoGP, mengejutkan banyak pihak ketika mereka memutuskan untuk duduk di atas ring tinju, bukan untuk bertarung, tetapi untuk saling melempar kejujuran yang selama ini mereka pendam. Promosi pertandingan tinju yang mereka lakukan sebelumnya tampak seperti cara untuk menyelesaikan dendam lama. Namun, ketika tiba saatnya pada Kamis malam, pertandingan tinju itu ditunda.
Sebagai gantinya, Pedrosa dan Lorenzo melakukan wawancara satu sama lain untuk saluran TV Spanyol DAZN, di mana mereka kini bekerja sebagai komentator MotoGP. Pertemuan ini menjadi ajang bagi kedua legenda MotoGP ini untuk membuka diri dan saling berbagi pandangan yang jujur tentang rivalitas mereka.
Menyelami Karakter Rival
Pedrosa memulai wawancara dengan pertanyaan sederhana namun mendalam, “Sekarang setelah aku memiliki kamu di depanku, sebagai rival di ring ini, sebelum pertarungan aku ingin tahu siapa yang sedang aku hadapi. Oleh karena itu, pertanyaan pertama saya sangat sederhana: siapa kamu?”
Lorenzo merespons, “Saya adalah orang yang penasaran, sangat kompetitif, seperti yang kamu tahu. Saya seorang perfeksionis, sangat sulit bekerja dengan saya, dan saya memiliki banyak ambisi.”
Mengenang Rivalitas dan Kebencian
Lorenzo melanjutkan dengan pertanyaan tajam, “Rivalitas kita dikenal oleh semua orang. Namun, apakah pada suatu titik kamu sampai membenciku?”
Pedrosa menjawab tanpa ragu, “Tentu saja, jangan ragu. Saya tidak bisa menyangkal bahwa ada momen-momen di mana rival langsung saya, dan motivasi langsung saya, adalah kamu. Oleh karena itu, pada saat yang sama, saya kadang-kadang sampai membencimu.”
Lorenzo kemudian membuka sisi pribadinya dengan mengakui, “Saya sangat pemalu dan tidak aman, tetapi saya selalu mencoba untuk berubah melalui buku dan cara lainnya, untuk mengubah cara berpikir itu menjadi hal-hal positif. Kepemaluanku berubah menjadi kesombongan dan arogansi sehingga ketenaran saya memang pantas. Saya selalu menyukai karakter yang arogan dan percaya diri dan saya ingin menjadi seperti mereka: Muhammad Ali, Cantona, Cristiano Ronaldo, Mourinho…”
Membahas Jabat Tangan yang Terkenal
Salah satu momen paling terkenal dalam rivalitas Pedrosa dan Lorenzo terjadi di MotoGP Spanyol tahun 2008. Raja Spanyol meminta kedua rival ini untuk berjabat tangan. Lorenzo bertanya kepada Pedrosa mengapa ia tidak mau berjabat tangan.
Pedrosa menjelaskan, “Kamu datang ke MotoGP dan kamu tidak berbicara baik tentang saya. Saya bukan orang yang berpura-pura, dan karena saya tidak menyukaimu atau apa yang kamu katakan tentang saya, saya tidak mau memberikan bagian dari diri saya. Saya tidak mau berjabat tangan, tetapi saya merasa dipaksa. Saya tidak merasakannya.”
Lorenzo kemudian menambahkan, “Banyak kali saya ingin memukul seorang rival, tetapi saya tidak bisa. Jika tidak ada aturan, saya akan melakukannya.”
Refleksi Diri dan Hubungan dengan Tim
Lorenzo juga berbicara tentang kesulitan yang ia alami dalam kariernya, “Saya sangat frustrasi ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai dengan yang saya bayangkan dan tim tidak menyediakan apa yang saya harapkan. Saya frustrasi dan sangat sulit bekerja dengan saya. Saya telah mengalami situasi yang sangat sulit dalam hidup, di mana saya harus mengambil kendali dan menghadapinya dengan tegas. Dengan ayah saya, mantan manajer Dani Amatriain, Marcos, Perbendaharaan, ketika saya meledak di Jepang… Saya selalu mengatakan bahwa cinta tanpa syarat hanya ditemukan pada ibu Anda. Dan, jika beruntung, pada ayah Anda. Persahabatan adalah bersyarat.”
Pertemuan di atas ring tinju ini mengungkapkan sisi manusiawi dari dua legenda MotoGP, Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo. Meskipun mereka pernah menjadi rival sengit di trek balap, momen ini menunjukkan bahwa di balik kompetisi yang ketat, ada rasa saling menghormati dan pengakuan atas perjuangan masing-masing. Ini adalah kisah tentang bagaimana rivalitas dapat mendorong seseorang untuk menjadi lebih baik, meskipun harus melalui kebencian dan konflik.***