motoline.id – MotoGP 2025 kembali memperlihatkan dinamika unik antara dua saudara dalam satu lintasan: Marc dan Alex Marquez. Di seri Mugello, Alex kembali finis kedua di belakang sang kakak—untuk ke-12 kalinya musim ini—namun penampilannya tetap menuai pujian. Dengan motor GP24 dari musim lalu dan status sebagai pembalap tim independen Gresini Racing, Alex tetap mampu menempel ketat motor pabrikan GP25 yang dikendarai Marc Marquez di tim utama Ducati.
Meski publik terus mengaitkan hasil ini dengan anggapan bahwa Alex ‘menahan diri’ saat bertarung melawan kakaknya, sang adik menegaskan bahwa tidak ada perlakuan istimewa di antara mereka.
“Ketika dia lebih cepat, kamu tak bisa apa-apa! Kamu hanya bisa menyerang pembalap yang lebih lambat,” tegas Alex. “Saya selalu mencoba memberikan yang terbaik dan akan terus melakukannya di setiap balapan.”
Musim Terbaik Sepanjang Karier MotoGP Alex
Dengan enam podium Grand Prix termasuk kemenangan emosional di Jerez, serta sembilan podium Sprint sejauh ini, musim 2025 jadi tonggak terbaik Alex Marquez di kelas premier. Ia bahkan sempat unggul dari Marc dalam tiga kesempatan musim ini: memanfaatkan kesalahan Marc di COTA dan Jerez, serta menumbangkan sang kakak dalam Sprint di Silverstone—mematahkan rekor sempurna Sprint #93.
Di Mugello, sirkuit yang terkenal dengan tikungan cepat dan mengalir—gaya favorit Alex—banyak pihak memprediksi kemenangan bisa diraihnya. Setelah melihat duel sengit antara Marc dan Francesco Bagnaia, Alex sempat memimpin lomba namun tak bisa menahan serangan dari sang kakak yang menyalipnya tiga lap kemudian. Meski akhirnya terpaut hanya 1,9 detik di garis finis, Alex tetap menunjukkan konsistensi luar biasa.
Fakta: Motor Lama, Hasil Hebat
Alex tak segan menyoroti realitas di balik prestasinya: ia mengendarai motor yang satu generasi lebih tua dibandingkan Marc, dan bukan bagian dari tim pabrikan.
“Sulit melawan pembalap seperti Marc, terutama ketika dia menggunakan motor pabrikan. Jangan lupa, saya di tim independen dengan motor tahun lalu,” ungkapnya.
Namun Alex justru menjadikan kondisi ini sebagai tantangan pribadi. Baginya, kekuatan utamanya bukan di performa mesin, melainkan di konsistensi dan minim kesalahan. Sebuah pendekatan realistis namun sangat efektif, terbukti dari posisinya saat ini di klasemen kejuaraan.
Bertarung untuk Gelar? Kenapa Tidak
Dengan selisih 40 poin di belakang Marc, kans Alex untuk merebut gelar juara dunia memang menipis. Namun menariknya, ia kini unggul 70 poin atas Francesco Bagnaia dalam perebutan posisi runner-up. Artinya, jika konsistensinya terjaga dan peluang dimanfaatkan dengan maksimal, Alex masih sangat mungkin mengukir pencapaian terbaik dalam kariernya.
“Saya hanya ingin tampil baik setiap akhir pekan dan melakukan pekerjaan saya. Nanti kita lihat hasil akhirnya,” ujar Alex dengan tenang.
Persaudaraan vs Profesionalisme
Isu ‘apakah Alex menahan diri saat melawan Marc’ bukanlah hal baru. Namun sang pembalap menjawab dengan logika sederhana: “Jika kamu bisa menyerang, serang. Jika tidak, jangan ambil risiko.”
Francesco Bagnaia bahkan mendukung logika ini. Menurutnya, pendekatan Alex terhadap Marc adalah sesuatu yang wajar dan lumrah dalam dunia balap profesional.
“Itu normal. Sama seperti saya memperlakukan pembalap Akademi VR46,” kata Bagnaia. “Alex lebih berhati-hati ketika melawan saudaranya, tapi itu hal yang manusiawi.”
Pujian dari Pedro Acosta
Performa Alex pun tidak luput dari perhatian pembalap lain. Pedro Acosta, rookie KTM yang semakin diperhitungkan musim ini, menyebut bahwa duet Marquez bersaudara adalah level di atas pembalap lain.
Mendengar komentar tersebut, Alex merespons dengan rendah hati.
“Terima kasih kepada Pedro jika dia bilang begitu. Saya hanya berusaha menjalankan tugas saya sebaik mungkin. Saya tetap Alex Marquez yang sama: bekerja keras dan fokus. Saya punya paket motor yang bagus, jadi saya harus memanfaatkannya dengan maksimal.”
Kilas Balik Assen dan Optimisme Menyambut Seri Berikutnya
Assen akan menjadi tuan rumah MotoGP berikutnya, dan memiliki sejarah menarik untuk Alex. Tahun lalu, ia mengungguli Marc di sesi kualifikasi dan lebih cepat dalam Sprint, hingga akhirnya terjatuh. Di balapan utama, ia juga lebih unggul, tapi terkena penalti tekanan ban pasca lomba yang membuatnya finis di belakang sang kakak.
Musim ini, Alex berharap bisa memperbaiki hasil tersebut dan bahkan mengincar kemenangan jika peluang itu datang.
“Saya akan mencoba menyerang jika ada kesempatan. Tapi jika dia lebih cepat, saya akan cari cara lain. Tujuannya tetap sama: berjuang untuk podium dan memperkuat posisi saya di klasemen.”
Alex Marquez telah membuktikan bahwa dengan paket yang tepat, kerja keras, dan pendekatan yang konsisten, ia bisa menjadi penantang serius di kelas MotoGP. Dalam bayang-bayang nama besar sang kakak, Alex tidak tenggelam—justru bangkit dan menciptakan identitasnya sendiri.
Musim 2025 menjadi saksi bahwa ia bukan sekadar “adik Marc”, melainkan pembalap independen dengan ambisi besar dan kemampuan nyata. Apapun hasil akhirnya nanti, Alex telah menunjukkan bahwa ia bukan pelengkap podium, melainkan pesaing tangguh yang siap membuat kejutan di setiap akhir pekan balapan.