motoline.id – Francesco Bagnaia bangkit kembali ke podium di MotoGP Aragon 2025 setelah mengalami masa sulit dalam beberapa seri terakhir. Bagi pembalap Ducati Lenovo itu, finis ketiga di sirkuit MotorLand bukan sekadar pencapaian biasa. Ia menyebut hasil tersebut sebagai “kemenangan” secara emosional, karena datang setelah periode panjang penuh ketidakpastian dan rasa frustrasi.
Krisis Performa yang Panjang
Sebelum Aragon, performa Bagnaia mengalami penurunan drastis sejak podium terakhirnya di Jerez, Spanyol, akhir April lalu. Dalam lima seri terakhir, ia hanya mengoleksi empat poin—hasil dari finis keenam dalam Sprint Race di Silverstone. Lebih buruk lagi, Sprint Race di Aragon hari Sabtu memperlihatkan puncak keterpurukan sang juara dunia 2022 itu: hanya finis di posisi ke-12.
Bagnaia mengakui bahwa dirinya benar-benar kesulitan menemukan rasa percaya diri di atas Ducati GP25. Ia merasa tidak mampu mengerem dengan baik, bahkan mengaku “berada di tanah di mana-mana” karena kehilangan grip bagian depan secara konstan.
“Saya menggunakan seluruh tenaga untuk memperlambat motor, tetapi tetap saja tidak bisa mengerem dengan benar. Ban depan terus mengunci,” ungkapnya.
Solusi Kecil, Dampak Besar: Ganti Cakram Rem
Namun semua berubah pada Minggu pagi, hanya beberapa jam sebelum race utama digelar. Tim Ducati Lenovo memutuskan untuk melakukan perubahan kecil—mengganti cakram rem depan ke versi yang lebih besar. Meskipun terdengar sepele, keputusan ini membawa perubahan besar bagi performa Bagnaia.
“Kami hanya mengganti cakram rem ke ukuran lebih besar, dan itu mengubah segalanya. Saya bisa mengerem lebih keras saat butuh, dan mengurangi tekanan ketika grip mulai hilang,” jelas Bagnaia di sesi After the Flag MotoGP.
Langkah ini memungkinkan Bagnaia masuk ke tikungan dengan lebih agresif dan tetap menjaga stabilitas—sesuatu yang sebelumnya mustahil dilakukan dalam beberapa balapan terakhir.
Podium yang Melegakan
Dengan setelan baru tersebut, Bagnaia mampu menunjukkan pace konsisten sepanjang balapan Aragon. Ia bersaing ketat dengan Pedro Acosta dan Alex Marquez untuk memperebutkan posisi kedua. Meskipun akhirnya harus puas finis ketiga di belakang dua pembalap Spanyol itu, podium ini terasa sangat spesial baginya.
“Saya merasa seperti menang hari ini. Bukan hanya buat saya, tapi juga buat tim yang telah bekerja sangat keras mencoba memahami situasi saya,” kata Bagnaia.
Podium ini bukan hanya soal angka—melainkan tentang pemulihan kepercayaan diri. Setelah pekan-pekan penuh keraguan dan kegagalan teknis, akhirnya ada titik terang yang membuat sang juara kembali merasa “nyambung” dengan motornya.
Masih Belum Menemukan Solusi Permanen
Namun Bagnaia tetap realistis. Ia menganggap perubahan cakram ini bukanlah solusi jangka panjang. Menurutnya, masalah utama dari kurangnya feeling saat mengerem belum sepenuhnya teratasi. Perubahan ini hanyalah satu langkah menuju arah yang benar.
“Saya tidak yakin ini solusi final. Tapi ini adalah langkah yang membantu. Untungnya, besok kami punya sesi tes dan saya harap bisa menemukan langkah tambahan.”
Sesi tes pasca-race di Aragon memang menjadi momentum penting. Dengan Mugello dan Assen yang akan datang—dua sirkuit tempat Bagnaia selalu menang dalam tiga tahun terakhir—tim Ducati perlu mengoptimalkan setiap kemungkinan teknis untuk mengembalikan dominasi mereka.
Motivasi Menjelang Mugello
Kebangkitan di Aragon ini datang di waktu yang sangat tepat. Mugello akan menjadi balapan kandang bagi Bagnaia, dan tentunya ia ingin tampil maksimal di depan publik Italia. Ia menyatakan dengan tegas bahwa targetnya adalah menang, bukan hanya sekadar finis di podium.
“Saya ingin sampai ke Mugello dengan peluang menang, bukan hanya bertahan di barisan depan. Saya butuh keyakinan itu lagi,” ujarnya tegas.
Track Mugello dikenal sangat bersahabat untuk Ducati, dengan lintasan lurus panjang dan kombinasi tikungan cepat yang cocok dengan karakteristik Desmosedici. Namun dalam keadaan performa yang tidak stabil, tidak ada jaminan Bagnaia bisa mengulang kesuksesan masa lalu tanpa perbaikan menyeluruh.
Tekanan dari Dalam dan Luar
Posisi Bagnaia sebagai pembalap utama Ducati Lenovo tentu datang dengan ekspektasi besar. Dengan Marc Marquez kini memimpin klasemen setelah menang dominan di Aragon, persaingan internal Ducati semakin panas. Tak hanya itu, performa Alex Marquez dan bahkan rookie seperti Fermín Aldeguer di atas Ducati GP24 juga menunjukkan bahwa banyak pembalap siap merebut sorotan.
Dalam situasi seperti ini, podium di Aragon bisa menjadi pemicu momentum baru atau sekadar jeda singkat sebelum tekanan kembali datang. Bagi Bagnaia, penting untuk mempertahankan rasa percaya diri dan terus mengembangkan teknis motor.
Francesco Bagnaia mungkin belum kembali sepenuhnya ke performa puncaknya, tetapi podium di Aragon menjadi sinyal bahwa ia belum selesai. Dengan kombinasi kerja keras tim dan sedikit eksperimen teknis, satu perubahan kecil bisa membuka potensi besar.
Masih ada jalan panjang untuk membuktikan apakah ini benar-benar awal dari kebangkitan sang juara dunia. Namun satu hal yang pasti: Francesco Bagnaia kembali menikmati balapan, dan itu adalah modal terpenting menjelang pertarungan besar di Mugello.