motoline.id – Di balik suara knalpot yang melengking dan performa yang meledak-ledak, sejarah RX-King cukup panjang sebagai motor 2-tak legendaris di Indonesia. Dijuluki “motor jambret” karena kecepatan dan akselerasinya yang mengagumkan, RX-King sempat menjadi simbol status dan keberanian di jalanan pada masa kejayaannya.
Namun sebelum menelusuri perjalanan sang raja, mari kita pahami dulu perbedaan motor 2 tak dan 4 tak.
Perbedaan Motor 2 Tak dan 4 Tak
Motor 2 tak memiliki proses pembakaran yang lebih singkat—hanya dalam dua langkah piston—sehingga menghasilkan tenaga besar dan akselerasi cepat. Namun, konsumsi bahan bakarnya boros dan emisi gas buangnya tinggi. Sebaliknya, motor 4 tak lebih hemat bahan bakar, lebih ramah lingkungan, tapi kurang menggigit dari segi tenaga.
Inilah yang membuat RX-King, dengan mesin 2 tak-nya, begitu dicintai oleh mereka yang mengutamakan performa.
Evolusi Yamaha RX Series: Dari RX100 hingga RX-King Terakhir
1. Yamaha RX100 (1977)
Generasi awal RX Series ini dibekali mesin 100cc 2 tak dengan tenaga 11,5 dk. Kecepatan maksimalnya mencapai 110 km/jam, cukup impresif di masanya. Konsumsi BBM-nya irit—1 liter bisa menjangkau 40 km.
2. Yamaha RX125 (1979)
Peningkatan dari RX100, dengan kapasitas 123cc dan tenaga 13 dk. Motor ini menggunakan transmisi 4 percepatan dan disegani karena performa yang mumpuni.
3. Yamaha RX-K (1980)
Dengan mesin 135cc, tenaga 17,5 dk, dan top speed 150 km/jam, RX-K mulai menunjukkan karakter agresif RX-King. Motor ini merupakan produk CBU dari Jepang, identik dengan desain kedok lampu khas.
4. Yamaha RX-S (1981)
Kubikasi diturunkan ke 115cc. Didatangkan langsung dari Jepang dan dipasarkan hingga 1983, namun kurang sepopuler saudaranya yang lebih bertenaga.
5. Yamaha RX-Special (1983)
Penyempurnaan dari RX-S dengan mesin dan desain yang tak banyak berubah, namun menjadi pilihan ekonomis untuk penggemar RX.
6. Yamaha RX-King Cobra (1983)
Inilah legenda sejati. RX-King Cobra mengusung mesin 135cc dengan tenaga 18,2 dk dan torsi 15,1 Nm. Kombinasi tangki dan setang berbentuk seperti ular kobra jadi ciri khasnya. Unit rakitan Jepang dan Indonesia ini kini menjadi incaran kolektor.
7. Yamaha RX-Z (1985)
Berbeda dengan RX-King, RX-Z punya langkah silinder 56×54 mm, desain lampu kedok, undercowl sporty, dan knalpot racing. Ada juga versi full fairing-nya, Yamaha RZ-R, yang menambah kesan balap.
8. Yamaha RX-R (1988)
Kurang populer di Indonesia, RX-R memiliki kubikasi lebih kecil (115cc), namun tetap mempertahankan DNA RX Series. Desainnya mirip RX-King.
9. Yamaha RX-King Master (1996)
Mesin sudah dirakit di Indonesia, tetapi tetap mempertahankan karakter beringas RX-King. Generasi ini menjadi jembatan menuju era RX-King modern.
10. New RX-King (2002–2008)
Inilah generasi terakhir RX-King sebelum “pensiun”. Sudah menggunakan catalytic converter pada knalpot untuk menurunkan emisi, membuat asapnya tak setebal pendahulunya. Desain lampu bulat ala RX100 menjadi penanda nostalgik.
Mengapa RX-King Begitu Melegenda?
-
Tenaga Brutal: Akselerasi RX-King mengalahkan banyak motor 4 tak di kelasnya.
-
Karakternya Unik: Suara knalpotnya khas, desainnya agresif.
-
Identitas Jalanan: Jadi ikon anak muda, geng motor, hingga pelaku kriminal pada masanya.
-
Warisan Emosional: Banyak penggemarnya menyebut RX-King bukan sekadar motor, tapi gaya hidup.
RX-King: Warisan yang Tetap Hidup
Meski produksinya dihentikan sejak 2008 karena regulasi emisi, RX-King tetap hidup di hati para pecinta otomotif. Harga unit bekasnya kini meroket dan versi Cobra atau Master menjadi buruan kolektor sejati.
RX-King bukan hanya motor, tapi legenda yang menolak dilupakan.