Marc Marquez Puji Simon Crafar: Era Baru Stewarding MotoGP yang Lebih Manusiawi dan Terbuka

Simon Crafar

motoline.id – Marc Marquez, sang delapan kali juara dunia, menyampaikan pujian terbuka kepada kepala steward MotoGP yang baru, Simon Crafar, setelah insiden panas dengan Francesco Bagnaia pada MotoGP Italia 2025 di Mugello. Momen sengit antara dua pembalap pabrikan Ducati itu memang sempat menjadi sorotan, tetapi justru berujung pada diskusi yang penuh respek dan keterbukaan—sesuatu yang disebut Marquez sebagai “angin segar” di dunia MotoGP.

Kedua pembalap sempat dipanggil ke kantor steward FIM usai balapan, bukan karena sanksi atau hukuman, tapi untuk berdiskusi langsung mengenai manuver ketat yang mereka lakukan saat memperebutkan posisi terdepan di awal race. Tidak ada investigasi formal yang diumumkan, dan tidak ada penalti dijatuhkan. Namun, cara Simon Crafar menangani situasi tersebut menuai banyak pujian, terutama dari Marquez yang mengalami langsung pendekatan baru ini.

Read More

Bukan Lagi “Penghakiman”, Tapi Dialog

Dalam wawancaranya dengan Sky Italy, Marquez menjelaskan bahwa situasi di stewarding saat ini jauh berbeda dibanding masa lalu.

“Tidak ada apa-apa, ini cuma MotoGP,” ujar Marquez dengan senyuman santai ketika ditanya alasan ia dipanggil steward.

“Simon Crafar melakukannya dengan sangat baik. Ia selalu ingin berbicara dengan semua pembalap dan mendengarkan pendapat mereka. Pada akhirnya, ini bukan seperti dulu, saat Anda dipanggil hanya untuk diberi tahu kesalahan Anda. Sekarang mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dari sudut pandang kami.”

Pernyataan ini menyiratkan perubahan mendasar dalam cara komunikasi antara otoritas balap dan para pembalap. Jika dulu ruangan steward menjadi tempat ‘penghakiman’, kini menjadi forum diskusi dan evaluasi bersama—langkah yang dinilai lebih manusiawi, transparan, dan konstruktif.

“Setidaknya Kami Bisa Bicara”

Marquez juga tertangkap kamera tengah bercanda dengan mantan kru tim Gresini, menyebut bahwa pendekatan stewarding yang baru ini memberinya ruang untuk menjelaskan konteks dari manuver-manufurnya di lintasan. Kepada kepala krunya saat ini, Marco Rigamonti, Marquez bahkan membagikan isi percakapan dengan Crafar secara rinci.

“Mereka bilang, kalau kamu menyalip, kamu harus ambil jalur yang lebih lebar supaya pembalap lain masih punya ruang,” kata Marquez. “Dan saya jawab, saya masuk menikung dengan motor sudah miring, saya harus berhenti untuk tetap di jalur saya.”

“Tidak apa-apa,” lanjutnya. “Karena setidaknya dengan Simon Crafar, kamu bisa berbicara. Kamu didengarkan.”

Simon Crafar: Dari Rider ke Pengadil

Simon Crafar bukan nama asing dalam dunia MotoGP. Ia pernah meraih kemenangan di kelas 500cc dan juga dikenal sebagai analis teknis TV yang disegani karena gaya komunikasinya yang informatif dan lugas. Sejak awal musim 2025, Crafar resmi menggantikan Freddie Spencer sebagai kepala steward MotoGP.

Masa jabatan Spencer kerap menuai kontroversi. Banyak pembalap mengeluhkan ketidakonsistenan keputusan steward FIM, yang membuat atmosfer paddock tegang dan tak menentu. Sering kali, insiden serupa diberi hukuman berbeda tergantung pembalapnya—hal yang sangat mengganggu bagi rider yang mengandalkan kejelasan aturan.

Namun, sejak Crafar mengambil alih, perubahan positif mulai dirasakan. Pendekatannya yang transparan, mau mendengar, dan memahami kondisi di lintasan membuat para pembalap merasa dihargai dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Tak heran jika ia mendapat apresiasi luas di awal musim ini.

Transformasi Kultur Stewarding

Apa yang ditunjukkan oleh Simon Crafar sejatinya bukan hanya soal kepemimpinan individu, tetapi simbol dari transformasi kultur dalam stewarding MotoGP. Kini, pembalap dipandang sebagai mitra diskusi, bukan sekadar objek sanksi. Pendekatan ini bisa berdampak besar terhadap psikologis pembalap, terutama dalam balapan yang penuh risiko dan tekanan tinggi.

Marquez sebagai salah satu pembalap paling vokal dan berpengaruh di grid, memberi validasi kuat bahwa arah baru ini adalah langkah yang tepat. Pengakuannya bahwa ia “senang karena setidaknya bisa berbicara” memperlihatkan betapa selama ini dialog antara pembalap dan pengadil seperti tembok bisu.

Dalam olahraga yang berkecepatan tinggi dan penuh insiden seperti MotoGP, ruang untuk komunikasi dua arah adalah kebutuhan, bukan bonus.

Insiden Tanpa Hukuman, Tapi Sarat Makna

Meski manuver Marc Marquez terhadap Pecco Bagnaia tidak dikenai hukuman, proses diskusi yang dilakukan menjadi sorotan utama. Alih-alih langsung mengambil keputusan sepihak, steward FIM—dipimpin oleh Crafar—memilih untuk mendengarkan dan memahami kondisi lintasan dari kacamata masing-masing pembalap.

Langkah ini mungkin tampak kecil, namun secara strategis sangat besar dalam membangun kepercayaan jangka panjang antara pembalap dan penyelenggara.

Bahkan dalam dunia olahraga profesional, keadilan bukan hanya tentang hasil akhir, tetapi juga proses pengambilan keputusan. Ketika pembalap merasa dilibatkan dan dimengerti, atmosfer kompetisi pun menjadi lebih sehat dan sportif.

Menuju MotoGP yang Lebih Adil dan Profesional

Konsistensi dalam penegakan aturan menjadi topik penting di MotoGP dalam beberapa tahun terakhir. Dari penalti “long lap” yang kontroversial, hingga tabrakan-tabrakan di tikungan pertama, para pembalap menuntut satu hal: kejelasan dan keadilan.

Simon Crafar tampaknya menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Ia tak hanya membawa pengetahuan teknis dan pengalaman sebagai pembalap, tapi juga empati dan keterbukaan. Semua kualitas itu membuatnya ideal dalam peran yang sangat sensitif ini.

Dukungan Marc Marquez terhadap Simon Crafar bukan hanya endorsement pribadi, melainkan representasi dari kepuasan kolektif para rider atas sistem stewarding yang baru.

Dengan pendekatan yang lebih manusiawi, MotoGP bergerak ke arah yang lebih profesional dan bersahabat. Dan jika sistem ini dipertahankan serta diperkuat, tak menutup kemungkinan konflik dan drama di lintasan bisa diselesaikan dengan lebih elegan—tanpa perlu pertikaian panjang yang melelahkan.

Marc Marquez mungkin datang ke Mugello untuk memburu kemenangan, tapi ia pulang dengan membawa satu kemenangan kecil di luar lintasan: kepastian bahwa suara pembalap kini benar-benar didengar.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *